(Dok. Pribadi) |
Halo, Kawan!
Posting
lagi
nih! Dan lagi-lagi….masalah jamur. Ada dua alasan kenapa saya membahas objek
yang sudah ribuan kali ditulis blogger-blogger
sarat pengalaman mengenai flora-perjamuran-survival : pertama, karena
banyak Kawan-Kawan di Instagram yang
mengirim pertanyaan seputar berburu jamur di Stories via DM dan kedua,
because what…(#ripenglish bgt sih
gueeeh) saya penggemar berat masakan jamur. Jamur liar saja bela-belain dicari,
apalagi jamur pasar yang tinggal beli! Saya mulai suka mencari jamur liar sejak
TK. Mungkin karena dasarnya saya orang kampung, secara “alamiah” saya mengenal
mana jamur baik dan mana jamur jahat. Bukan dari internet (tahun 90-an
boro-boro saya tahu Mbah Google),
melainkan dari cerita-cerita pengalaman para orang tua.
Unggahan saya kali ini
akan menyambung tulisan sebelumnya yang berjudul “Angin Barat dan Jamur Liar.”
Sesuai judulnya, tulisan ini membahas mengenai jamur yang tumbuh sepanjang
musim, baik yang aman konsumsi maupun yang tidak layak konsumsi, bukan jamur
yang hanya tumbuh eksklusif pada musim-musim tertentu seperti Jamur Barat.
Nah, sebelum melihat
penampakan jenis-jenis jamur ini, terlebih dahulu saya akan menjelaskan
beberapa ciri jamur aman konsumsi supaya Kawan (khususon yang belum tahu, yang
sudah tahu atau expert di bidang
perjamuran skip saja) tidak mudah terjebak rayuan maut jamur beracun yang
tak jarang menampilkan diri lebih fashionable
daripada jamur baik-baik. Ini dia penampilannya :
Warna
jamur aman konsumsi biasanya tidak mencolok, polos, dan lembut : putih, krem,
cokelat muda, cokelat tua. Pada jenis-jenis tertentu ada pula yang berwarna dan
bertekstur tak biasa, semacam Jamur Truffle
yang harganya selangit itu. Tapi pada umumnya (di Indonesia, khususnya di
tempat saya), jamur tak beracun biasanya
menampilkan diri sebagai sosok kalem dan pemalu. (Iya pemalu, sukanya
ngumpet-ngumpet!)
2. Tekstur payung dan batang halus
Tekstur
jamur aman konsumsi biasanya halus, tidak kasar seperti kulit mengelupas, dan
sedikit lengket bila agak lama dipegang (kira-kira lengket-lengket nasi lah).
3. Beraroma khas
Aroma
jamur aman konsumsi khas banget, susah menjelaskannya, pokoknya enak di hidung.
Sebagai pembanding, tidak jauh dari aroma jamur budidaya. Bila jamur itu berbau
tidak sedap, sebaiknya jangan dimakan.
4.
Payung dan batang kokoh
Sekecil
apa pun ukurannya, payung dan batang jamur aman konsumsi kokoh dan tidak mudah
rapuh hanya dengan sentuhan ringan. Selain itu, payung dan batang cenderung
terasa lebih bervolume (tidak seperti gabus).
5.
Tidak menimbulkan warna
Jamur
aman konsumsi tidak akan menimbulkan warna lain bila disentuh dan tidak berubah
warna saat dimasak. Bila jamur putih berubah menjadi merah/warna lain saat
dimasak (bukan karena gosong ya, Guys…),
itu dipastikan beracun.
Jamur
aman konsumsi tumbuh di tempat-tempat “konvensional” dalam artian “bersih”
menurut ukuran habitat tumbuhan liar, seperti lahan pertanian, hutan. Bukan di
atas kotoran atau tempat-tempat berbau tidak sedap.
Nah,
Jamur Sepanjang Musim yang dapat Kawan nikmati setiap saat tanpa harus menunggu
waktu tertentu, pada umumnya tumbuh di tanah dan batang pohon. Jamur yang
tumbuh di tanah salah satu contohnya yang sering saya temukan adalah Supa Pare (Jamur Padi). Jamur ini mirip
Jamur Barat namun memiliki postur lebih kecil dan berpayung agak bergerigi pada
pinggirnya. Supa Pare tumbuh di lahan
pertanian, kebun-kebun, tanah lembab maupun tanah agak kering.
Habitat
kedua, Jamur Sepanjang Musim tumbuh pada batang-batang pohon, baik pohon yang
masih hidup maupun pohon mati. Ada kalanya jamur jenis ini melekat manja pada
kusen-kusen rumah tak terawat dan lembab.
Jamur Kuping |
1. Jamur
Kuping
Dalam Bahasa Sunda, Jamur Kuping disebut
Supa Lember. Berwarna cokelat
kemerahan, bertekstur halus kenyal, dan berbentuk seperti daun telinga. Jamur
Kuping bisa tumbuh di pohon hidup, pohon mati, maupun di tempat-tempat lembab
semacam pintu kayu kamar mandi (seru kan, sambil mandi sekalian panen :-D ) Oh
iya, jamur ini dapat menjadi makanan alternatif dalam kondisi survival di alam
bebas. Jamur Kuping tumbuh subur di hutan-hutan gunung yang lembab seperti
Gunung Slamet jalur Baturraden dan Kalipagu. Saat praktek survival, saya dan
kawan-kawan pernah menemukan jamur ini tumbuh di pohon besar, full sekeliling pohon, cukup untuk 2
kali makan 24 orang!
2. Jamur
Kelapa
Jamur Kelapa disebut juga Supa Kalapa (Sunda). Jamur ini pada
umumnya tumbuh pada batang pohon kelapa yang sudah mati, namun dapat tumbuh
juga pada pohon mati lainnya. Jenis Jamur Kelapa yang saya tahu ada 3 varietas (sebut saja Varietas 1, 2, dan 3 karena saya tidak tahu pasti nama spesifiknya. Yang pasti, penduduk sini menyembut 3 jenis jamur ini sebagai "Supa Kalapa") seperti pada gambar berikut :
Jamur Kelapa Varietas 1 tumbuh di pohon kelapa dan pohon lainnya (hidup/mati). Jamur ini memiliki ciri-ciri tekstur payung agak kasar oleh bintik cokelat tipis/putih polos tanpa bintik dan alot, tidak seempuk jamur lainnya. Jamur ini enak dimasak dengan cara disop dan ditumis pedas.
Jamur Kelapa Varietas 2 (Sumber : https://bectbexty.wordpress.com) |
Jamur Kelapa Varietas 2 bentuknya mirip Jamur Barat tetapi lebih tebal dan bertekstur lebih kasar. Saya pernah membeli jamur ini di pasar dan belum pernah menemukan jamur ini secara langsung. Menurut sumber, jamur ini tumbuh di sekitar akar pohon kelapa.
Jamur Kepala Varietas 3 (Dok. Pribadi) |
Jamur ini bertekstur lembut dan bergelombang, berwarna karat, lembek, dan tumbuh pada pohon kelapa yang telah mati. Beberapa kali saya menemukan jamur ini tetapi tidak pernah mengkonsumsinya karena waswas setelah melihat warna, aroma, dan teksturnya. Kayak nggak enak gitu deh.
3. Jamur
Grigit
Di Jawa Timur, jenis ini disebut Jamur Grigit karena
daunnya seperti bekas gigitan. Sedangkan di Jawa Barat dinamai Supa Beas (Jamur Beras). Jamur ini
tumbuh pada pohon-pohon mati, kayu bakar lembab, dan kusen rumah.
Menurut
penuturan para orang tua, Jamur Grigit tumbuh pesat pada pohon mangga yang
telah mati. Ukurannya lebih besar dan berwarna lebih putih. Di hutan-hutan
gunung, Jamur Grigit biasa tumbuh pada pohon Lamtoro Gunung seperti halnya di
blok Plawangan Gunung Slamet jalur Baturraden, Guci, Bambangan, dan Kaliwadas,
serta hutan lamtoro Gunung Sindoro. Jamur ini paling enak dimasak dengan cara
dipepes dan dioseng-oseng cabai. Disop pun bisa, tapi kurang enak.
Nah, itulah sedikit
penampakan jamur enak yang pernah saya makan. Sebagai penutup tulisan ini, saya
tambahkan beberapa ciri jamur yang tak layak konsumsi.
Jamur Berpayung dan Bertangkai Rapuh (Dok. Pribadi) |
Besar
atau kecil ukuran jamur jahat, payung dan batangnya mudah rapuh hanya dengan
sentuhan biasa.
Jamur berwarna Mencolok dan Berkalung (Dok. Pribadi) |
2. Berwarna mencolok
Ada
yang kasar, ada pula yang sehalus kulit bayi. Tekstur jamur kasar biasanya
seperti kulit mengelupas, berbintik-bintik kutil, berkerut-kerut maupun
bergelombang.
4. Tumbuh di atas kotoran
Salah
satu contoh yang paling terkenal adalah Jamur Tahi Sapi yang biasanya tumbuh di
atas kotoran sapi bercampur tanah. Bentuknya sangat mirip dengan Jamur Bulan
(jenis Jamur Barat) yang enak nan langka. Sebelum memetik, coba perhatikan
lebih detail teksturnya dan tempat tumbuhnya dimana. Oleh orang-orang nakal,
jamur ini dikonsumsi sebagai pengganti zat-zat psikotropika. Teler gitu lah
Cuy!
5.
Berubah warna
Jamur
beracun menimbulkan getah berwarna bila disentuh dan berubah warna saat
dimasak. Jamur macam ini pinter banget berkamuflase. Nampak luar seperti jamur
enak, eh ternyata warna di balik payungnya menakutkan. Itu sudah pasti : JAHAT!
(Sama, kayak temen bermuka dua).
6. Berkalung
Jamur
jahat biasanya dikodratkan punya sifat buruk : hobi pamer perhiasan. Lho? Iya!
Pamer kalung, sekaligus untuk memberi warning
bahwa keglamorannya bisa membunuh kamu. Persis, seperti ular Derik yang
memamerkan cincin-cincin ekornya untuk memperingatkan dan mengancam.
7. Payung bertepung
Bila
payung jamur ditepuk mengeluarkan sesuatu berbentuk tepung/serbuk, itu sudah
pasti beracun.
Jamur berbentuk asing (Sumber : Google.com) |
8. Bentuk asing
Berbagai
jenis jamur beracun memiliki bentuk yang tidak biasa (asing).
Ciri-ciri di atas hanya
bersifat “pada umumnya”, artinya tidak semua jamur beracun memiliki seluruh
kategori tersebut. Mudahnya, bila Kawan menemukan satu ciri itu pada suatu
jamur atau merasa was-was, lebih baik jangan dikonsumsi. Kalau masih penasaran,
tanyakanlah pada penduduk sekitar yang biasanya berpengalaman mengenai hal
tersebut.
Terima kasih sudah
membaca. Silahkan, free to share jika
menurut Kawan unggahan ini baik untuk dibagi. Semoga bermanfaat.