Nah,
tulisan asal jeplak saya kali ini akan membahas SE-UJUNG KUKU sample dari 300 juta pengguna Instagram hasil pengamatan secara
subjektif (ini menurut gueeeh ya, bukan berdasarkan metode atau teori ilmiah
tertentu) saya selama tahun 2017 yang dirangkum ke dalam 60+ TIPE PENGGUNA
INSTRAGAM. Kawan termasuk yang mana? Yuk, check it out!
- High Qulity Famous
Tipe
yang satu ini merupakan King and Queen-nya
Instragamers. Sesuai judulnya,
pemilik akun-akun ini nggak cuma famous, tapi
juga berkualitas. Bisa dari kalangan selebritis, politikus, seniman, atau
sejenis orang-orang yang sering muncul di berbagai media massa. Tentu saja, followers-nya sangat banyak, dari ratus-K sampai ratus-M, yang bisa dikatakan sebagai “reward”penduduk
dunia nyata atas prestasi-prestasi kerennya yang terpampang nyata, bukan dari
aneka sensasi gimmick yang cetar
membahana. Contoh : Oprah Winfrey, Michelle Obama, Ani Yudhoyono, Dian Sastro,
Agnes Mo.
2. Selebgram
Meskipun
salah satu orientasinya dari jumlah followers,
tipe ini berbeda dengan High Quality
Famous. Siapapun bisa menjadi selebgram (Selebritis Instagram), termasuk saya dan Kawan semua, asal punya followers yang bejibun. Darimana
datangnya segudang pengikut itu? Harusnya sih bukan beli dari jasa penyuntik followers(kalau gueeeh horang kayah,
bisa juga kaleee beli akun 500K followers
dan siap nerima endorse),
tapi asli dari penduduk dunia nyata yang mengikutinya karena akun itu punya
sesuatu yang menarik untuk diikuti. Biasanya, akun-akun selebgram isinya stylish banget, hasil jepretan kamera
mahal+ahli, unggahan bertema (fashion,
personal blog, vlog), dan punya ciri khas. Tidak heran bila kebanyakan dari
pemilik akun ini menerima jasa paid
promote dan endorse. Yang lebih
keren, mereka punya brand produk
sendiri untuk dipasarkan. Sebagai followers
setia, Kawan pastinya tertarik dong buat order... Contohnya yang paling hits : Ria Ricis.
Sumber : Akun Instagram |
3.
Blogger
Rata-rata
pengguna Instagram berkategori blogger merupakan selebgram (berpengikut
banyak). Bedanya, para blogger sangat
mengutamakan kualitas unggahan (foto profesional + caption informatif berbobot dan berciri khas), unggahan spesifik,
dan mengundang pengikut-pengikutnya meng-klik tautan di bio untuk membaca
unggahannya secara lengkap dalam blognya. Contoh : Travel blogger, fashion blogger, foodie blogger, lifestyle blogger.
Khususon
di Indonesia, akun-akun semacam ini tumbuh seperti jamur di musim hujan. Coba
deh Kawan follow satu-dua artis
berpengikut ber-million-million,
pasti Kawan punya tambahan followers dari
kalangan “pembesar” (u-know-what-i-mean) dan jasa transfusi followers+like. Nah, itu merupakan contoh olshop. Akun ini khusus dipakai untuk jualan online. Ada yang dikelola secara profesional dan terpercaya, dan
tidak sedikit pula yang abal-abal. Biasanya akun-akun ini bekerjasama
dengan akun orang terkenal (endorse),
mem-follow akun-akun ber-followers banyak (minimal 10K), dan
tidak jarang yang berpromosi langsung di DM dan kolom komentar.
5.
Motivator
Akun
tipe ini cocok banget di-follow kamu,
kamu, kamu yang lagi galau, baru putus cinta, rugi usaha, terpuruk di sudut
gelap dunia dan nyaris terjerumus jurang maksiat, atau kamu yang memang butuh
nasihat-nasihat bijak untuk menjalani hidup positif. Iya sih....hidup itu tidak
semudah cocote Ma**o T*g*h. Yang
gueeh butuhin sekarang duit buat beli nasi rames, bukan quotes lo yang nggak bisa bikin kenyang perut gueeh!)
6. Surgawan-Surgawati
Pemilik
akun ini bisa perseorangan (tokoh agama) maupun komunitas/grup. Tipe Instagramer ini isi akunnya bikin adem,
bawaannya pada orang yang ngepoin akun ini berasa berlumur dosa dan pingin segera
tobat. Rasa-rasanya nggak ada deh unggahan-unggahan yang melenceng dari syariat-syariat
agama. Dampak seperti itu ditimbulkan oleh pemilik/admin yang memang dasarnya
bijak dan pengetahuan agamanya luas. Tapi ada juga lho akun semacam ini yang unggahannya
malah menyinggung ummat. Misal, “Ini yang umur 17 udah nikah. Kamu yang umur 25
tahun belum menikah, ngapain ajaaaa?”(Emang situ Tuhan yang bisa ngasih
jodoh?Kan aku yang belum laku-laku jadi tersungging!!! Siapa siiiih yang
pingin jomblo seumur-umur??? Ah sudahlah...mereka kan manusia juga, bukan
malaikat yang selalu benar).
Apa
yang paling menonjol dari tipe Instagramer
ini? Tentu saja : fotonya yang berkualitas tinggi plus caption infromatif. Ada yang profesional, seperti fotografer Paul
Nicklen untuk National Geographic dan @riomotret di Indonesia. Selain itu ada
pula yang freelancer atau pehobi. Bagi pehobi, tak jarang pula mereka mengikuti
lomba fotografi, memberikan tips-tips fotografi, jenis-jenis lensa plus
pengaturannya, lengkap dengan ajakan hunting
foto bareng. Biasanya mereka merupakan member
klub fotografi, sebut saja Instanusantara, Geonusantara, SPi, dsb.
Biasanya, tipe ini lebih seneng motoin daripada difotoin.
8.
Temennya Fotografer
Salah
satu hal yang paling menggembirakan saat traveling
adalah jalan bareng fotografer. Iyalah! Secara gitu, mereka lebih seneng
motoin dan gueeeeh pada dasarnya memang lebih seneng difotoin (kedip-kedip
ganjen). Sejelek apapun latarnya, hasil fotonya pasti kece badai! Dijamin,
untuk beberapa hari (atau bulan) ke depan, unggahan di IG Kawan bakal menarik
hati para calon followers. Tapi
ngenesnya yang beberapa kali saya jumpai, Temennya Fotografer followers-nya lebih banyak daripada sang
fotografer itu sendiri. T_T
9. Selfie Ergo Sum
“Aku
selfie, maka aku ada.” Aku nggak selfie, dunia kecewa. Ratusan unggahan
isinya cuma 1 tema : pas foto dari berbagai angle,
termasuk mirror selfie (biasanya di kamar
pribadi, kamar pas, lavatory).
Senjata utama : B612, Beauty Plus, Camera
360 (lebih bagus kalau ada gambar apelnya). No caption needed, atau kalau lagi mood mentok-mentoknya pakai quotes
galau atau kalimat yang nggak jelas tujuannya semacam “Lagi bete aja...”
Tipe
Instagramers yang satu ini biasanya
para ABG cewek yang sadar dirinya syantik atau imoet-imoet dan ABG cowok yang
juga sadar dirinya kece. Di kolom komentarnya banyak orang iseng yang sekadar
nulis “cantik” dan “minta pin dong!” Caption
berisi seputar quotes percintaan
dan ungkapan kegalauan, ditambah hashtag #like4like,
#follow4follow tapi pada kenyataannya...follow4unfollow, hiks...
Jempol
tipe Instagramer ini kayaknya gatel
banget kalau nggak diutek-utek di layar buat nulis komentar sana-sini (langsung
di kolom komentar, atau malah dijadikan status khusus secara panjang lebar di IG/Facebook mengenai hal yang
menggelitik dalam unggahan akun orang lain). Selain itu dia juga doyan bikin
grup rumpi di fitur Direct Message.
12. Oom Ganjen
Tipe
Instagramer ini berasal dari kalangan
pria berumur matang, yaitu semacam oom-oom yang sadar dirinya keren atau good looking. Si Oom ini seneng banget
foto selfie berpakaian maskulin, pamer otot di gym, dan menuhin stories dia dengan pose muter-muter sambil senyam-senyum yang
diambil pakai action cam. Oh ya...sstt! Yang
tipe ini gampang banget lho digodain... (oleh akun cewek cantik tentunya), tapi tidak
terang-terangan berganjen ria di kolom komentar (iyalah, takut disemprot
bininya!) Kasih aja love di beberapa
foto pamer ototnya, pasti langsung DM kamu! Hiiiy mitamit.
Ini termasuk sub-tipe Oom Ganjen. Punya akun IG cuma
buat dipakai nontonin akun-akun nakal. Nonton doang sih okelaaah buat iseng
(namanya juga cowok, ye kan?). Kalau tipe ini, kayaknya gatel banget kalau
jempolnya puasa semenit untuk tidak nulis komentar “cantiknya…”, “seksi”, “minta
pin dong…”, "uuugh....gede!", dan aneka komentar cabul lainnya.
Ini
nih tipe Instagramer yang paling
bikin eneg! Padahal kenal, tapi nggak follback.
Dikomen nggak bales, DM cuma di-read doang,
seolah-olah orang lain itu cuma remah-remah rengginang di kaleng kong guan T_T Unggahan-unggahannya
selalu beraroma seleb wannabe (pasti
tahu kan bedanya yang real sama yang
aspal...). Halu!
Bahasa
kerennya : ghost followers. Ada dalam
daftar following/pengikut, tapi sama
sekali belum pernah berinteraksi dengan akun yang diikutinya (berkirim komentar
atau sekadar memberi love satu kali).
Ada dua jenis jurig : 1) dia punya
akun IG hanya sekadar punya dan jarang upload
foto, dan 2) punya akun IG serius tapi jarang banget kepo unggahan orang
lain.
Tipe
Instagramer yang satu ini sepertinya
kurang afdol kalau setiap unggahannya tidak ditambahi hashtag. Bukan cuma maksimal 5 hashtag,
banyak di antaranya yang semaksimal space
caption isinya hanya tagar tanpa keterangan lain. Ada banyak alasan mengapa
tagar begitu penting bagi tipe ini : ingin memperoleh like banyak, mencari peluang fotonya di-repost akun besar, atau bertujuan memperkenalkan unggahannya ke
khalayak yang lebih luas.
Tipe
Instagramer ini kebanyakan berupa
akun komunitas/grup dan kumpulan foto tematik-spesifik, serta dikelola oleh
admin (perseorangan atau beberapa orang). Biasanya di bio akun tercantum ajakan
untuk menggunakan tagar tertentu, tag akun
komunitas, dan memenuhi syarat agar unggahan Kawan memiliki kesempatan di-repost. Contohnya @instanusantara, @urbanhikers, @wanitagunung
Like Bomber |
Prinsip
tipe Instagramer ini : yang penting
ngasih love atau berkomentar sesuai
gambar, tak peduli secanggih apapun caption-nya.
Biasanya nih, tipikal semacam ini memantik kesalahpahaman di kolom komentar
sehingga memantik pertengkaran. Misalnya, pada foto seorang pendaki yang
berpose manis sambil memamerkan buket bunga Verbena
Brasiliensis di Oro-Oro Ombo Gunung Semeru dia berkomentar dengan pedenya :
“Dasar perusak alam!” tanpa membaca caption
yang menjelaskan secara detail-ilmiah mengapa bunga tersebut direkomendasikan
untuk dicabut. Membaca caption saja
males, bagaimana bisa mewujudkan Indonesia yang literate? Think smart ya,
Guys.
19. Like Bomber
Ada
tiga tipe likers : yang rutin memberi
love setiap unggahan, jarang memberi love (seketemunya unggahan kita di
berandanya), dan love dirapel. Nah, like bomber itu tipe likers yang ketiga. Mungkin dia lupa
bahwa kami saling follow. Suatu saat
unggahannya tidak sengaja di-love,
dia sengaja mampir ke akun kita
untuk memberi love dari unggahan
terakhir sampai unggahan yang jauuuuuuh di bawah. Mungkin sebagai wujud
permohonan maaf dan biasanya saya membalasnya tanpa banyak komentar. Ada juga
nih tipe like bomber yang menyukai
banyak foto kita dengan harapan di-follback
atau di-likeback.
Bagi
tipe ini, semakin banyak love pada
unggahannya ia merasa populer atau eksistensinya “dihargai.” Apapun caranya,
halal atau haram, sekalipun harus bayar tidak peduli, yang penting berhasil
mengumpulkan banyak love! Caranya
macam-macam : menjadi like bomber,
melakukan paid promote, memakai
banyak hashtag terutama #likeforlike
#spamlike, follow banyak artis dengan
harapan banyak olshop yang mampir ke
unggahannya, promosi di stories dan
berbagai media sosialnya.
Ini
sih rezeki! Hehehe. Akun ini setia follow
akun kita, memberi love dan
berkomentar baik meskipun kita tidak follow
back dengan berbagai alasan yang tentu saja tidak kita ungkapkan ke dia
(unggahannya kurang menarik, tidak kenal, banyak-banyakin jumlah following, dsb). Tapi jangan sombong ya...
Meskipun tidak mem-follback, tidak
ada salahnya kalau kita (yang bukan seleb super sibuk ini) merespon komentarnya
dengan baik. Minimal memberi love pada
komentarnya.
22. Posting Bomber
Instagramer yang
satu ini doyaaaan banget posting!
Saya cape-cape scroll layar isinya
cuma unggahan dia doang. Tidak apa-apa sih kalau kualitas unggahannya bagus.
Tapi kalau pengikutnya merasa terganggu, bisa-bisa unggahannya dianggap spam dan Kawan malah di-unfollow.
Tipe
Instagramer ini hanya tahu bahwa IG
hanya untuk mengunggah foto + caption,
mengikuti akun yang disukai dan mem-followback
hampir semua akun yang follow akunnya.
Pemilik akun ini tidak berupaya memperbanyak followers dan likers, juga
tidak akan tahu siapa yang meng-unfollow akunnya.
Datang
tak dijemput, pulang tak diantar. Tipe ini merupakan followers fana. Sekarang mengikuti kita, tak lama kemudian unfollow kita. Terus saja begitu,
berulang-ulang. Biasanya tipe Instagramer
ini dari kalangan onlshop
(segelintir), jasa suntik followers, akun caper,
dan akun-akun robot.
Cuma
satu kata yang bisa mendeskripsikan tipe Instagramer
ini : licik! Modus operandi fakir followers
menggaet mangsa sangat klasik, yaitu dengan mengikuti akun kita terlebih
dahulu, kadang berbaik hati memberi love untuk
menarik perhatian. Unggahannya cukup bagus, sehingga si calon mangsa akan
tertarik memberi love balik dan klik follow back. Begitu mangsa terperangkap,
dengan segera si pelaku meng-unfollow mangsanya
dengan harapan aksinya tidak tercyduk.
Jangan
macam-macam dengan akun ini kalau kamu termasuk golongan fakir followers! Siapapun yang follow, unfollow, ghost followers, dan
memblokir akunmu, dia pasti tahu. Kok bisa? Iyalah... Coba deh Kawan buka App Store atau Google Play, cari aplikasi semacam “followers detector” dan pasang di smartphone Kawan. Buktikan hasilnya.
27.
Remah-Remah Seleb
Ini
termasuk sub-tipe fakir followers,
tapi tidak sekejam itu. Modus operandinya sederhana tapi bikin jempol cape dan
beresiko kena block dari pihak Instagram. Caranya, follow akun-akun berpengikut banyak (dianjurkan yang ratusan
ribu-jutaan) agar tidak kentara kalau di-unfollow
dan tidak peduli jika kamu unfollow,
tunggu selama beberapa saat sampai Kawan memperoleh tambahan followers. Setelah notifikasimu sepi, unfollow semua akun itu dan repeat sampai puassss. Tapi, followers yang diperoleh dari cara ini
bersifat sementara dan harus Kawan upgrade. Cape kan? Good luck ya, Rengginangnya Incessss!
^_^
Pemilik
akun ini menganggap bahwa banyaknya followers
merupakan satu-satunya hal yang bisa menjadikan dia sebagai orang populer,
layak diikuti dan dipercaya. Jumlah following
yang tercantum beratus ribu-jutaan tidak sepenuhnya akun manusia, tapi
bercampur dengan akun-akun robot yang diperoleh dari membeli followers. Pemilik akun semacam ini pun
ada sub-tipe lain, yaitu yang bertujuan untuk meningkatkan omzet bisnisnya.
Pemilik
akun tipe horang kayah lebih dahsyat
daripada Akun Setengah Robot dalam hal membuang fulus demi “eksis” di Instagram. Apapun yang ada dalam akunnya
tidak lepas dari “pengorbanan.” Pengorbanan membeli followers, membeli like,
memberi views, paid promote, membayar
fotografer, membayar kemewahan guna mencolok mata pemirsa media sosial.
Meskipun
media sosial membuka lahan luas untuk self-introducing
pada dunia, tipe Instagramer ini
tetap berprinsip bahwa hal pribadi hanya boleh dikonsumsi orang-orang
terdekatnya saja. Tipe ini pasti akunnya bermode private. Selektif demi keamanan dan kenyamanan. Oh iya, ada juga
sub-tipe lain yang menggembok akunnya hanya untuk memancing kepenasaranan calon
pengikut dan mencegah masuknya fakir followers.
Manusia tipe ini tidak mau repot. Baginya, kalau bisa
beli akun 250K followers siap pakai,
kenapa harus capek-capek membangun “eksistensi” dari 0 followers? Capek kali Jeeeeng nyari 100 followers juga, apalagi kalau ente bukan “siapa-siapa” (termasuk
gueeeh). Tapi, kalau Kawan memang punya budget
dan akan menjadikan akun IG-mu sebagai ladang bisnis (endorse, dll), memang enaknya beli akun yang siap saji.
Instagramers ini
merupakan sub-tipe Gembokers.
Bedanya, akun ini tidak konsisten dalam menerapkan mode private. Sekarang dibuka, sebentar lagi ditutup. Terus saja begitu,
mirip anak gadis yang baru belajar masak nasi liwet.
Tipe
ini kebalikannya dari gembokers dan
“sadar” bahwa media sosial tidak berbatas negara, suku, agama, ras, dan antar
golongan. Instagramer Pelintas Batas
biasanya membuka akunnya lebar-lebar, mem-follow
akun-akun pribadi dan komunitas dari berbagai negara sebagai upaya membuka
pertemanan baru, dan terbuka untuk berkomunikasi secara khusus melalui Direct Message. Biasanya akun ini
menulis caption dalam Bahasa Inggris,
bilingual, atau menggunakan bahasa
nasional sesuai EYD agar dapat diterjemahkan dengan mudah oleh followers asing dengan menggunakan
fasilitas translation di Instagram. Prinsipnya, bebas terbatas,
dalam artian bebas menjalin pertemanan dan berhak memutus pertemanan online bila terjadi sesuatu yang
bersifat mengganggu (followers yang
tidak sopan, mesum, dsb).
Ini
sih gueeeeh banget : Si Pengawet Foto. Foto dari momen abad berapapun sebisa mungkin diracik dengan
bumbu-bumbu pada caption agar
berkesan fresh. Sebut saja momen
#falshback , atau memberi caption berupa
informasi-informasi kekinian yang dikolaborasi dengan foto “jadul” tersebut.
Meskipun jalan-jalannya cuma setahun dua kali, tapi unggahannya seolah no day without traveling.
Tipe
hide and seek bisa jadi dia adalah
tipe Formalin. Tapi kemungkinan terbesar, jenis ini merupakan orang yang suka
privasi. Setiap hari ia bisa posting foto
di lokasi berbeda-beda, IG stories dia
tidak menunjukkan lokasi yang spesifik, dan mematikan layanan GPS untuk
akun-akun media sosialnya. Sehingga, tak heran bila followers-nya, terutama teman dari luar daerah, yang bertanya “Kamu
lagi dimana?”, “Sebenernya kamu lagi dimana sih?” Hayyyoooo....aku lagi
dimana? Kepo deh ih!
Instagramers ini
kebalikannya dari Formalin dan Hide and
Seek. Rata-rata yang diunggahnya merupakan foto yang diambil pada hari itu,
lengkap dengan geo-tagging dan caption plus tagar berbau “today” dan “....of the day.”
Bahasa
real untuk tipe ini adalah spammer. Dimana ada akun berpengikut
banyak, di situ “semut” bergerombol. Tipe ini tidak akan tanggung-tanggung
dalam membombardir kolom komentar akun tujuan. Sehingga kalau Kawan mengecek
komentar artis yang berjumlah ribuan isinya cuma : Cek IG kita kakak....follback dong kakak...krim
pembesar...pemutih instan...pelangsing ampuh...followers instan.
Lagi
marah? Mencak-mencak di stories.
Putus cinta? Galaaaaau lebay terus di caption,
seolah dunia akan kiamat besok. Lagi sebel? Semua isinya tentang
sindir-menyidir, lengkap dengan meme-meme peramai suasana. Lagi banyak duit?
Pamernya nggak ketulungan. Stories,
foto, caption, tagar, semuanya harus
mewakili perasaan dia. Dan pemirsa, WAJIB ikut merasakan betapa menderitanya
dia.
Kalau
unggahan di Instagram disamakan
dengan selera makan, maka tipe Instagramer
yang satu ini disebut Omnivora, alias pengunggah segala atau bisa juga
dikategorikan random posting. Kalau tipikal Omnivora
memperhatikan estetika, foto biasanya diedit dengan (misal) square fit di Picsart untuk memberi jarak dengan foto lain, atau unggahan diatur
berdasarkan tema, biasanya 3/3 agar rapi (3 unggahan tema pantai, 3 di atasnya
bertema pesawat, dan seterusnya).
Sesuai
dengan namanya, Instragramer ini
mengutamakan kerapian unggahan. Segalanya harus presisi dan serasi, termasuk
dalam hal penggunaan filter.
Tipe
tutor mengkhususkan akunnya untuk berbagi tutorial, misal tutorial make up, memasak, DIY, life hacks, kerajinan tangan, dsb.
Sesuai namanya, Instagramers
jenis ini menggunakan akunnya untuk mengunggah satu passion yang sangat “dia banget.” Misalnya, kalau dia doyan banget
naik gunung pasti unggahannya tentang semua pengalaman pendakian dia. Tak ada
hal lain! Hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-harinya cukup diunggah via Stories.
Tipe
pengguna Instagram ini punya ciri
khas selalu mengutip quotes tokoh-tokoh
terkenal untuk caption, apapun itu
konten unggahannya. Nyambung nggak nyambung, yang penting quotes canggih!
Ini
kayaknya Instagramers “ngebet famous” yang paling ngenes. Kok bisa?
Iyalah! Sudah capek-capek bikin karya keren (misal lukisan seorang
selebgram/selebritis), nge-tag akun
orang yang menjadi objek karyanya dengan harapan orang itu memberi love, pujian manis, dan syukur-syukur
di-repost biar jadi ikut beken, eh
malah dicuekin! Kan jadi baper! Ujung-ujungnya malah ngedumel,”Dih! Sok ngartis
banget ni cewek! Cuma pelayan penumpang doang belagu amat! Nggak ngehargain
usaha orang!” Ada benernya juga sih... Tapi positive
thinking aja ya, Bro... Secara
diakan fansnya bejibun, mungkin unggahanmu tertindih-tindih love/komen/tag/mention akun lain
yang berdesakan dan bertujuan sama, hehehe.
Kalau user lain punya akun IG hanya untuk self-introducing dan bersosialisasi online, tipikal shopaholic menggunakan akunnya plus untuk melampiaskan hasratnya
berbelanja. Aktivitas utamanya saat buka IG adalah kepo akun-akun olshop terkenal atau mencari barang yang
diinginkan via tagar, lalu berlanjut chat
WA/Line untuk komunikasi lanjutan
sampai deal. Yang termasuk kategori
ini adalah akun yang tidak hanya melakukan sekali dua kali transaksi online, tapi “hampir selalu”!
Instagramers tipikal
Storyteller sepertinya bakal gelisah
bin super galau kalau nggak ada koneksi intenet. Kalau Kawan buka IG, pasti Stories akunnya selalu muncul di beranda
dan kalau dibuka, garis-garis Stories-nya
nyaris rapat nggak cuma dua-tiga strip. Isi Stories-nya
beragam. Rata-rata berisi live, momen
seru jalan-jalan, dengerin musik + lengkap dengan sedikit cerita tentang
sesuatu di balik itu, kongkow sambil makan, geret koper di airport, selfie yang
mukanya jadi hewan/berkacamata (itu lho...apa sih namanya?), new post, pengumuman, atau sekadar bikin
Boomerang. Biasanya Storyteller ini punya jarak waktu/tidak
terlalu sering dalam menambah unggahan konvensional.
Biasanya
Instagramers tipikal Cerpenis pada
dasrnya memang suka nulis. Jadi, space pada
kolom caption dirasa kurang memuaskan
sehingga seringkali tulisannya meluber ke kolom komentar atau dilanjut dalam blog. Caption tipikal cerpenis biasanya berbobot, sekalipun itu Cuma
ungkapan kegalauan dia karena nggak jadi nyuci gara-gara hujan,tapi “musuh”
bagi Instagramers Males Baca yang pasti
langsung komen “ni caption apa
novel?”
Ini
tipe Instagramers yang lahir setelah Instagram menyediakan fitur multiple uploadi. Daripada menuh-menuhin
jumlah post dengan foto yang setema,
mending diunggah borongan! Simple,
irit tempat, irit ngomong.
Tipe
5 in 1 berlaku untuk Instagramers yang
punya akun lebih dari satu. Aplikasi IG yang Cuma 1 dipakai untuk membuka semua
akunnya sekaligus (maksimal 5).
Bahasa
ilmiahnya tipe ini adalah Linked Account.
Semua akun media sosialnya disinkronisasi. Jadi, kalau dia upload di Instagram, maka
semua media sosialnya pasti berisi unggahan yang sama.
Apanya?
Caption-nya lah! Bikin geli di hati
dan basah di mata karena kebanyakan cekikikan sendiri. Ini mirip tipe Cerpenis,
tapi pilihan kata-katanya jenaka tapi cerdas, ringan dan ngalir sehingga nggak
bakal terasa sudah kepo terlalu bawah di akunnya gara-gara keenakan baca caption tiap ungghan. Nih contohnya :
@fitropfitrop, @bennyjurdy.
Instagramers semacam
Spanduk ini berbakat hebat jadi tim sukses Pilkada atau kalau punya modal gede
boleh juga lo ikut nyaleg. Seperti halnya spanduk yang berisi “informasi penting”
di khalayak ramai, mereka menganggap bahwa akun dirinya juga sangat penting
untuk diperhatikan orang sejagad. Si Spanduk nggak kenal lelah bergerilya di
kolom-kolom komentar unggahan akun besar (misal @natgeo) dengan copy-paste promosi andalannya : Hallo! I am Spanduk from Antah Berantah. If
u r available, please visit my world traveling account. I’ll follow and like u back. Thank youi!
(Nyatanya omdo :-P )
Tipe
Instagramers ini memang bikin akunnya
khusus untuk menghibur orang (plus menerima endorse),
bisa berupa video (contohnya @d_kadoor), komikus (@tahilalats, @komikinaja), maupun repost-er (@dagelan,
@9gag).
Ditulisnya
bukan “Zaman Sekarang” tapi “Zaman Now” untuk mendeskripsikan betapa “ajaibnya”
Instagramers tipe ini dan
mempertanyakan : apakah iya tipikal kids seperti
ini sudah dianggap ”lumrah” atau “konvensional” di zaman sekarang? Siapa saja
tersangka yang dimasukkan ke dalam golongan ini? Ini dia : 1) Kids yang sudah difasilitasi smartphone sejak SD dan kurang/tanpa filter dari orang tua, 2) Kids yang dengan pedenya mengunggah
kisah kasih dan gaya pacaran alay di media sosial, 3) Kids selebritis (generasi kids
pengguna aplikasi lipsync).
Khusus yang ini ada 2 sub-tipe,yaitu generasi kreatif (menggunakan kecanggihan
ponsel pintar untuk unjuk bakat dan kreativitas) dan generasi selebritis wannabe (tingkah sok ngartis karena
merasa dirinya banyak fans, gaya bahasa keriting-belepotan gehoool getoooh!,
tidak segan-segan melakukan “war”
dengan sesama “seleb”). 4)
Cabe-cabean. Ini? Oops! Nooooo comment!
Pemilik akun tipikal Intel ini bukan Instagamers dari kalangan polisi, detektif, dan agen rahasia sekelas CIA, tapi user dari rahan sipil yang agak sedikit punya bakat “menyelidik” (baca : kepo). Kalau di lingkungan dunia nyata dia punya mata setajam elang dan kuping sesensitif serigala, di dunia maya dia punya senjata jempol kuat untuk scroll unggahan akun target sampai ke unggahan pualing juadul, dan kesel banget kalau HP nge-lag saat dituntut serba cepat slandap-slundup masuk kesana-kemari. Namanya juga Intel, mesti detail doooong keponya! Sebenernya objeknya nggak penting-penting banget sih, paling cuma akun mantan, saingan eksistensi, gebetan baru, dan pacar baru mantan. Biasanya nih mereka pakai akun palsu untuk mencegah hal-hal yang bisa menewaskan harga diri seketika (nge-love foto 5 tahun yang lalu, misalnya). Ya udah, daripada mubazirin kuota buat kepoin mantan yang nyata-nyata udah buang nama kamu ke dasar palung Mariana, mendingan kepoin dan follow IG gueeeh aja : @yuliafedorovski (kibas rambut S*ns*lk).
Instagramers jenis
ini termasuk kaum yang dilaknat Tuhan dalam kitab-kitab suci: pemfitnah dan provokator
keributan.
Karena akun di media sosial mewakili karakter nyata, tipe Instagramers semacam ini diasumsikan sebagai prajurit garda depan kaum bigos (biang gosip) di dunia nyata. Kalaupun bukan bigos, setidaknya dia tahu banget atau yang lebih dulu tahu/menduga-duga tentang banyak hal dalam keluarga dan tetangganya. Di ranah Instagram, hobi olahraga mulut ini banyak wadahnya. Tapi wadah untuk nyinyirin anak gadis tetangga yang tekdung atau Si Fulanah selingkuh dengan Si Fulan, melainkan untuk mengomentari....sepak terjang selebritis. Dari mulai kekerenan prestasinya, sampai ke semua borok yang tercium publik. Penting banget nggak sih? Ya penting bangeeeeeut! (Bagi mereka).
58. Haters
Menurut
saya, spesies Haters ini merupakan Instagramers paling mubazir. Kenapa? Jam
kerja yang sebenarnya bisa dipakai untuk mengolah skill dan menghasilkan uang
malah dipakai untuk menguntit objek untuk membongkar aib-aibnya. Jam petang
yang bisa dimanfaatkan untuk bersantai dengan keluarga atau ngajarin anak malah
dipakai untuk menghujat orang-orang yang nggak dia kenal. Di mata haters, semua yang dilakukan objeknya
adalah salah total! Buat apa sih? Nabung dosa iya, nabung gangguan jiwa iya.
Kebanyakan tipe ini berani mangap di medsos doang. Coba deh didatangi langsung,
berani buka mulut nggak?
Tipe
Instagramers ini hobi banget
berkomentar #ripenglish dalam unggahanakun orang lain yang dia nilai ada
kesalahan penulisan Bahasa Inggris pada caption-nya.
Sebelum semakin jauh berlagak, coba jawab dulu tes kecil dari saya ini: mana
yang sesuai EYD, nasihat/nasehat? Praktek/praktik? Kerjasama/Kerja sama? Udah
bisa jawab? Lanjut! Apa arti kata ejawantah,
abreviasi, unduh, dan daring? Nah, kalau lo masih heran dalam Bahasa Indonesia ada kata-kata semacam itu,
nggak usah sok-sokan English deh!
Asal lo tahu aja(cieeeh gaul banget pake kata lo-gue), berkomunikasi dengan English NATIVE SPEAKER di media sosial
tidak akan mempersoalkan seberapa bagus/buruknya English kamu, yang penting sama-sama paham. Nah, di situ kamu bisa
sekalian belajar tanpa harus gengsi-gengsian. Kecuali kalau itu di forum
ilmiah/diplomatik, wajar kalau English-mu
dituntut untuk peeerrrrrrfect.
Asli,
tipe Instagramers ini bikin eyes rolling. Foto, video, Stories, caption, hampir semuanya menjadi lahan pamer. Punya uang banyak,
di-upload lembaran-lembarannya. Punya
iPhone baru, langsung mirror selfie dan diberi caption “alhamdulillah, rezeki akhir
tahun.” Agamis sih kalimatnya, tapi mengandung maksud lain. Coba caption-nya biasa aja, nggak bakal dicap
pamer HP baru. Bukan cuma masalah “harta”, pamer di sini sudah masuk ke
ranah-ranah paling private semacam
ibadah dan body.
Tipe
Instagramers ini sepertinya punya
masalah dengan kepercayaan diri. Unggahan-unggahannya banyak yang diperoleh
dari “jalan haram” : nyolong foto orang lain (kalau agak kreatif, di-crop atau diberi filter biar agak beda) atau dari Google dan diunggah tanpa menyertakan sumber. Oh iya, ada juga lho
beberapa selebritis yang tercyduk pemirsa nyolong foto dari Google dan diakuin foto sendiri.
Akun
palsu (fake account) ini bisa jadi
termasuk tipe Tukang Catut, Haters,
Kompor Mbledug, dan Intel. Unggahan di dalamnya merupakan hasil catut dan
diatur sesuai tujuannya. Biasanya akun semacam ini digunakan untuk kepo-kepo,
mengetes kepribadian target, mengetes pasangan,
dan lebih jauh, untuk tujuan yang melanggar hukum.
Itulah ke-60+ tipe Instagramers menurut gueeeh. Akhir kata,
ini cuma just for fun dan tidak bermaksud menyinggung banyak umat.
Lebih kurangnya, maapkeun yeees? Namanya juga “menurut gueeeh”, sudah sangat
jelas bahwa penjabaran di atas disusun secara subjektif suka-suka saya. Terima
kasih sudah sabar membaca ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar