Sumber foto : Dokumentasi Pribadi |
Ada #jejaktermemori yang saya ingat, saat saya masih
kecil dulu nenek pernah berkata dalam Bahasa Sunda, “Mun aya Angin Kulon sok barijil supa suung” (Bila ada Angin Barat akan
tumbuh jamur suung—jenis jamur liar). Kala itu tentu saja saya tidak berpikir
apa korelasi Angin Barat dengan jamur liar dan teori ilmiah macam apa yang
melandasi pernyataan nenek saya yang diucapkan secara yakin layaknya calon Master mempertahankan tesisnya di
hadapan penguji. Well, sekarang pun
jujur saja saya tidak bisa menjelaskannya secara ilmiah dalam tulisan ini. Di
sini saya hanya akan menyampaikannya secara “tradisional” seperti nenek saya dan
menjelaskan atas dasar sedikit pengalaman saya. Ternyata pernyataan tersebut
bukan hanya diucapkan nenek saya, melainkan oleh banyak orang : ibu saya, juga orang-orang
di sekitar tempat tinggal saya yang nomaden (Ciamis-Pangandaran-Purwokerto-Jogja).
Angin Barat dan Angin Timur. Sumber Foto : http://www.referensibebas.com |
Oh iya, apa sih Angin Barat itu? Berdasarkan penjelasan
dari berbagai sumber, Angin Barat termasuk ke dalam jenis Angin
Muson/Monsuun/Munson. Angin Muson adalah gerakan massa udara yang terjadi
karena karena adanya perbedaan tekanan udara yang begitu besar yaitu antara
daratan dan lautan, atau bisa dibilang antara benua dan samudra. Kita tahu bahwa Indonesia berada di daerah
ekuator, yang diapit oleh benua Asia dan benua Australia, juga diapit 2 samudra
besar yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Perbedaan tekanan udara juga dipengaruhi oleh posisi Bumi
terhadap Matahari, rotasi Bumi dan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari
menyebabkan terjadinya perubahan posisi Bumi terhadap Matahari. Lalu apa hubungannya
dengan Angin Muson? Tentu saja ada. Perbedaan tekanan udara pada bulan-bulan
tertentu membagi angin muson menjadi 2 yaitu angin Muson Barat dan Angin Muson
Timur.
Angin Muson Barat bertiup pada
bulan Oktober sampai April, yaitu pada saat posisi semu Matahari di
berada belahan Bumi selatan. Posisi inilah yang menyebabkan tekanan udara
yang tinggi di Asia dan tekanan udara yang rendah di wilayah Australia
membuat angin bertiup dari benua Asia ke benua Australia. Pada perjalan dari
Asia ke Australia angin melewati Samudera Hindia sehingga angin tersebut
mengandung banyak uap air yang menyebabkan pada bulan Oktober sampai bulan
Maret di Indonesia terjadi musim hujan.
Lapukan Bekas Sarang Laron (Dok. Pribadi) |
Lalu, apa hubungannya dengan pertumbuhan jamur
liar pada musim Angin Barat?
Nah, menurut berbagai sumber (orang-orang tua dan
hasil pengamatan subjektif-tanpa-teori-ilmiah-saya), jamur liar biasanya tumbuh
pada bulan-bulan basah, terutama setelah bertiup Angin Barat yang puncaknya terjadi
sekitar bulan Desember-Februari. Lagi, menurut orang-orang tua yang
kesehariannya malang melintang di pedesaan, jamur liar tumbuh setelah musim
laron. Musim laron (tahu kan, hewan bersayap yang senang merubungi cahaya
lampu?) biasanya terjadi menjelang munculnya Angin Barat. Konon, bekas
rumah-rumah rayap (cikal bakal laron) menjadi tempat paling ideal untuk
munculnya jamur liar pada musim Angin Barat. Sehingga di beberapa tempat, jamur
liar tersebut dinamakan Jamur Barat karena hanya tumbuh secara “eksklusif” pada
musim Angin Barat.
Jamur apa saja yang termasuk jenis “Jamur Angin
Barat?”
“Jamur Angin Barat” jarang tumbuh pada sembarang
musim. Pernah sesekali saya menemukannya di kebun pada lain musim, tapi tidak sebanyak
pada musim Angin Barat. Seperti apa penampakannya? Di bawah ini ada beberapa
foto yang saya ambil waktu berburu jamur liar pada bulan Januari tahun ini. Mari
kita kenali satu per satu.
Jamur Bulan (Sumber : http://www.flickriver.com/photos/qefy/5695468573/) |
1. Jamur
Bulan (Suung Bulan)
Jamur ini tumbuh liar di
tanah-tanah lembab dan termasuk jenis paling langka di antara “Jamur Barat”
lainnya. Saking langkanya, selama sebulan “berburu” saya tidak berhasil
menemukannya atau melihat di tangan orang lain sekadar untuk difoto. Makanya,
foto ini saya ambil dari Mbah Google. Jamur Bulan biasanya tumbuh solitaire (menyendiri) atau bila
beruntung banget kita bisa menemukannya tumbuh bergerombol. Ciri-cirinya :
berpayung lebar (ada yang sampai sebesar piring), warna putih tulang tanpa
bintik atau berbintik pusat warna cokelat, batang dan payung kokoh (tidak rapuh), berbau khas, tekstur halus dan
agak sedikit lengket bila lama dipegang (bukan selengket lem ya…). Jamur ini
enak banget dimasak dengan cara dipepes walau cuma dibumbui garam dan bawang
merah, dioseng-oseng dengan cabai, atau disop. Saya jamin deh, rasanya lebih
gurih daripada jamur budidaya yang ada di pasaran!
Jamur Rampak Putih (Dok. Pribadi) |
2. Jamur
Rampak (Supa Suung Rampak)
Jamur Rampak ini ada dua jenis,
yang berukuran kecil dan sedang. Dinamakan “rampak” karena jamur ini tumbuh
secara bergerombol (minimal 3). Jamur Rampak Kecil berwarna putih keseluruhan (ada
pula yang bertudung cokelat dan bertangkai putih), berpayung mungil selebar 1-2
cm, bertangka panjang ramping, bertekstur halus dan agak sedikit lengket,
tangkai dan payung kokoh walau mungil.
Jamur Rampak Sedang (Dok. Pribadi) |
Jamur Rampak Sedang biasanya
berwarna tudung cokelat dan berbatang putih. Bila Kawan menemukan Jamur Rampak
di suatu tempat, carilah gerombolan lainnya di sekitarnya atau searah lurus
dari lokasi pertama.
Jamur Tanduk (Dok. Pribadi) |
3. Jamur
Tanduk (Supa Tanduk)
Di tempat saya tinggal, jenis
ini disebut Jamur Tanduk. Masih sejenis Jamur Bulan, tetapi bertudung cokelat
muda/cokelat tua dan kadang berbintik cokelat tua, mirip warna tanduk hewan.
Tangkainya putih dan dapat tumbuh pada tanah kering (tidak seperti Jamur Bulan
yang biasanya tumbuh di tanah lembab dan tersembunyi). Tekstur jamur ini halus
dan berpayung lebih kaku daripada Jamur Barat lainnya.
Supa Pare (Dok. Pribadi) |
4. Supa Pare (Jamur Padi)
Di daerah Sunda, khususnya di
Ciamis, jamur ini dinamakan Supa Pare.
Dinamakan demikian mungkin karena habitatnya yang dominan di tanah-tanah
pertanian seperti huma, kebun kacang
tanah, kebun jagung, juga di kebun pada umumnya. Supa Pare dapat
ditemukan di luar musim Angin Barat, terutama pasca panen di tanah-tanah
pertanian. Tekstur dan bentuk Supa Pare mirip
suung pada umumnya, tetapi agak rapuh, payung nampak agak bergerigi pada pinggirnya, dan ukurannya lebih kecil daripada Suung Tanduk/Bulan. Warnanya putih dan ada pula
yang kecokelatan.
Dimanakah Biasanya Mereka Tumbuh?
Jamur “Angin Barat” tumbuh di tempat-tempat yang
susah-susah gampang dideteksi alias tidak menentu. Biasanya mudah dijumpai di
tanah-tanah lembab dan terlindung dari sinar matahari seperti di bawah rimbunan
pohon pisang, rumpun bambu, pohon-pohon, semak belukar, dan tumpukan sampah
dedaunan.
Habitat Jamur di Pematang Sawah (Dok.Pribadi) |
Tetapi cukup banyak juga yang ternyata bisa tumbuh di tanah kering
berumput, tanah berlempung, pematang sawah, dan celah-celah pohon lapuk.
Pokoknya, jeli-jeli mata Kawan saja. Tipsnya, bila Kawan menemukan jamur di
suatu tempat, tengoklah lagi 1-2 hari kemudian. Biasanya jamur akan tumbuh di
sekitar tempat yang sama.
Habitat Lahan Kering (Dok. Pribadi) |
Saya sarankan, mumpung masih musim Angin Barat,
Kawan (terutama yang tinggal di pedesaan atau perkotaan yang dekat kebun) meluangkan
sedikit waktu untuk meramaikan “Pesta Jamur” yang terjadi setahun sekali. Jamur
jenis ini terbilang eksklusif lho, karena sampai dewasa ini belum ada cara
untuk membudidayakannya. Nah, selamat berburu Jamur Barat ya, Kawan! Tapi
hati-hati, jangan sampai Kawan terjebak rayuan maut jamur beracun! Kalau Kawan
belum tahu mana jamur yang aman dikonsumsi dan mana jamur beracun, silahkan
klik tulisan saya selanjutnya yang berjudul “Jamur Sepanjang Musim.”
Jika tulisan saya baik untuk dibagikan, silahkan share ke akun media sosial Kawan dan
tidak perlu izin repost. Terima kasih
sudah membaca dan semoga bermanfaat.
terima kasih tulisannya. Saya menemukan jamur ini di kebon, dan saya masak endeuss banget, sy posting di youtube https://www.youtube.com/channel/UCYg7kMPROnMz-gjfhJKCCIg
BalasHapus