Senin, 29 Januari 2018

ANGIN BARAT DAN JAMUR LIAR


Sumber foto : Dokumentasi Pribadi


Ada #jejaktermemori yang saya ingat, saat saya masih kecil dulu nenek pernah berkata dalam Bahasa Sunda, “Mun aya Angin Kulon sok barijil supa suung” (Bila ada Angin Barat akan tumbuh jamur suung—jenis jamur liar). Kala itu tentu saja saya tidak berpikir apa korelasi Angin Barat dengan jamur liar dan teori ilmiah macam apa yang melandasi pernyataan nenek saya yang diucapkan secara yakin layaknya calon Master mempertahankan tesisnya di hadapan penguji. Well, sekarang pun jujur saja saya tidak bisa menjelaskannya secara ilmiah dalam tulisan ini. Di sini saya hanya akan menyampaikannya secara “tradisional” seperti nenek saya dan menjelaskan atas dasar sedikit pengalaman saya. Ternyata pernyataan tersebut bukan hanya diucapkan nenek saya, melainkan oleh banyak orang : ibu saya, juga orang-orang di sekitar tempat tinggal saya yang nomaden (Ciamis-Pangandaran-Purwokerto-Jogja).
Angin Barat dan Angin Timur. Sumber Foto : http://www.referensibebas.com

Oh iya, apa sih Angin Barat itu? Berdasarkan penjelasan dari berbagai sumber, Angin Barat termasuk ke dalam jenis Angin Muson/Monsuun/Munson. Angin Muson adalah gerakan massa udara yang terjadi karena karena adanya perbedaan tekanan udara yang begitu besar yaitu antara daratan dan lautan, atau bisa dibilang antara benua dan samudra. Kita tahu bahwa Indonesia berada di daerah ekuator, yang diapit oleh benua Asia dan benua Australia, juga diapit 2 samudra besar yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Perbedaan tekanan udara juga dipengaruhi oleh posisi Bumi terhadap Matahari, rotasi Bumi dan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari menyebabkan terjadinya perubahan posisi Bumi terhadap Matahari. Lalu apa hubungannya dengan Angin Muson? Tentu saja ada. Perbedaan tekanan udara pada bulan-bulan tertentu membagi angin muson menjadi 2 yaitu angin Muson Barat dan Angin Muson Timur.
Angin Muson Barat bertiup pada  bulan Oktober sampai April, yaitu pada saat posisi semu Matahari di berada  belahan Bumi selatan. Posisi inilah yang menyebabkan tekanan udara yang tinggi di Asia dan tekanan udara yang rendah di wilayah  Australia membuat angin bertiup dari benua Asia ke benua Australia. Pada perjalan dari Asia ke Australia angin melewati Samudera Hindia sehingga angin tersebut mengandung banyak uap air yang menyebabkan pada bulan Oktober sampai bulan Maret di Indonesia terjadi musim hujan.
Lapukan Bekas Sarang Laron (Dok. Pribadi)

Lalu, apa hubungannya dengan pertumbuhan jamur liar pada musim Angin Barat?
Nah, menurut berbagai sumber (orang-orang tua dan hasil pengamatan subjektif-tanpa-teori-ilmiah-saya), jamur liar biasanya tumbuh pada bulan-bulan basah, terutama setelah bertiup Angin Barat yang puncaknya terjadi sekitar bulan Desember-Februari. Lagi, menurut orang-orang tua yang kesehariannya malang melintang di pedesaan, jamur liar tumbuh setelah musim laron. Musim laron (tahu kan, hewan bersayap yang senang merubungi cahaya lampu?) biasanya terjadi menjelang munculnya Angin Barat. Konon, bekas rumah-rumah rayap (cikal bakal laron) menjadi tempat paling ideal untuk munculnya jamur liar pada musim Angin Barat. Sehingga di beberapa tempat, jamur liar tersebut dinamakan Jamur Barat karena hanya tumbuh secara “eksklusif” pada musim Angin Barat.


Jamur apa saja yang termasuk jenis “Jamur Angin Barat?”
“Jamur Angin Barat” jarang tumbuh pada sembarang musim. Pernah sesekali saya menemukannya di kebun pada lain musim, tapi tidak sebanyak pada musim Angin Barat. Seperti apa penampakannya? Di bawah ini ada beberapa foto yang saya ambil waktu berburu jamur liar pada bulan Januari tahun ini. Mari kita kenali satu per satu.

Jamur Bulan (Sumber : http://www.flickriver.com/photos/qefy/5695468573/)
1.      Jamur Bulan (Suung Bulan)
Jamur ini tumbuh liar di tanah-tanah lembab dan termasuk jenis paling langka di antara “Jamur Barat” lainnya. Saking langkanya, selama sebulan “berburu” saya tidak berhasil menemukannya atau melihat di tangan orang lain sekadar untuk difoto. Makanya, foto ini saya ambil dari Mbah Google. Jamur Bulan biasanya tumbuh solitaire (menyendiri) atau bila beruntung banget kita bisa menemukannya tumbuh bergerombol. Ciri-cirinya : berpayung lebar (ada yang sampai sebesar piring), warna putih tulang tanpa bintik atau berbintik pusat warna cokelat, batang dan payung kokoh (tidak rapuh), berbau khas, tekstur halus dan agak sedikit lengket bila lama dipegang (bukan selengket lem ya…). Jamur ini enak banget dimasak dengan cara dipepes walau cuma dibumbui garam dan bawang merah, dioseng-oseng dengan cabai, atau disop. Saya jamin deh, rasanya lebih gurih daripada jamur budidaya yang ada di pasaran!
Jamur Rampak Putih (Dok. Pribadi)

2.      Jamur Rampak (Supa Suung Rampak)
Jamur Rampak ini ada dua jenis, yang berukuran kecil dan sedang. Dinamakan “rampak” karena jamur ini tumbuh secara bergerombol (minimal 3). Jamur Rampak Kecil berwarna putih keseluruhan (ada pula yang bertudung cokelat dan bertangkai putih), berpayung mungil selebar 1-2 cm, bertangka panjang ramping, bertekstur halus dan agak sedikit lengket, tangkai dan payung kokoh walau mungil.

Jamur Rampak Sedang (Dok. Pribadi)
Jamur Rampak Sedang biasanya berwarna tudung cokelat dan berbatang putih. Bila Kawan menemukan Jamur Rampak di suatu tempat, carilah gerombolan lainnya di sekitarnya atau searah lurus dari lokasi pertama.

Jamur Tanduk (Dok. Pribadi)

3.      Jamur Tanduk (Supa Tanduk)
Di tempat saya tinggal, jenis ini disebut Jamur Tanduk. Masih sejenis Jamur Bulan, tetapi bertudung cokelat muda/cokelat tua dan kadang berbintik cokelat tua, mirip warna tanduk hewan. Tangkainya putih dan dapat tumbuh pada tanah kering (tidak seperti Jamur Bulan yang biasanya tumbuh di tanah lembab dan tersembunyi). Tekstur jamur ini halus dan berpayung lebih kaku daripada Jamur Barat lainnya.
Supa Pare (Dok. Pribadi)

4.      Supa Pare (Jamur Padi)
Di daerah Sunda, khususnya di Ciamis, jamur ini dinamakan Supa Pare. Dinamakan demikian mungkin karena habitatnya yang dominan di tanah-tanah pertanian seperti huma, kebun kacang tanah, kebun jagung, juga di kebun pada umumnya. Supa Pare dapat ditemukan di luar musim Angin Barat, terutama pasca panen di tanah-tanah pertanian. Tekstur dan bentuk Supa Pare mirip suung pada umumnya, tetapi agak rapuh, payung nampak agak bergerigi pada pinggirnya, dan ukurannya lebih kecil daripada Suung Tanduk/Bulan. Warnanya putih dan ada pula yang kecokelatan.

Dimanakah Biasanya Mereka Tumbuh?
Jamur “Angin Barat” tumbuh di tempat-tempat yang susah-susah gampang dideteksi alias tidak menentu. Biasanya mudah dijumpai di tanah-tanah lembab dan terlindung dari sinar matahari seperti di bawah rimbunan pohon pisang, rumpun bambu, pohon-pohon, semak belukar, dan tumpukan sampah dedaunan. 

Habitat Jamur di Pematang Sawah (Dok.Pribadi)
Tetapi cukup banyak juga yang ternyata bisa tumbuh di tanah kering berumput, tanah berlempung, pematang sawah, dan celah-celah pohon lapuk. Pokoknya, jeli-jeli mata Kawan saja. Tipsnya, bila Kawan menemukan jamur di suatu tempat, tengoklah lagi 1-2 hari kemudian. Biasanya jamur akan tumbuh di sekitar tempat yang sama.

Habitat Lahan Kering (Dok. Pribadi)
Saya sarankan, mumpung masih musim Angin Barat, Kawan (terutama yang tinggal di pedesaan atau perkotaan yang dekat kebun) meluangkan sedikit waktu untuk meramaikan “Pesta Jamur” yang terjadi setahun sekali. Jamur jenis ini terbilang eksklusif lho, karena sampai dewasa ini belum ada cara untuk membudidayakannya. Nah, selamat berburu Jamur Barat ya, Kawan! Tapi hati-hati, jangan sampai Kawan terjebak rayuan maut jamur beracun! Kalau Kawan belum tahu mana jamur yang aman dikonsumsi dan mana jamur beracun, silahkan klik tulisan saya selanjutnya yang berjudul “Jamur Sepanjang Musim.”
Jika tulisan saya baik untuk dibagikan, silahkan share ke akun media sosial Kawan dan tidak perlu izin repost. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. terima kasih tulisannya. Saya menemukan jamur ini di kebon, dan saya masak endeuss banget, sy posting di youtube https://www.youtube.com/channel/UCYg7kMPROnMz-gjfhJKCCIg

    BalasHapus