Kamis, 03 April 2014

Kebakaran Hutan Gunung Semeru Salah Siapa?






 
 Hutan kawasan kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di lereng Gunung Semeru atau tepatnya di Gunung Kepolo, Desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur terbakar. Kepala Bidang TNBTS Wilayah II Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto mengatakan, kebakaran hutan di lereng Gunung Semeru terlihat sejak (11/10) malam. Namun sebagian titik api hingga Rabu sore belum bisa dipadamkan. Luas kebakaran hutan diprediksi mencapai 10-20 ha, namun lokasinya sulit dijangkau oleh petugas. Demikian berita yang dikabarkan Surya dalam rubrik berita terkini Jatim Raya pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011.
            Penyebab kebakaran belum diketahui secara pasti, namun diprediksi akibat ulah manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kebakaran hutan yang disebabkan kondisi alam presentasinya 1%, namun akibat ulah manusia mencapai 99%.  Musim kemarau dan vegetasi hutan yang dipenuhi dengan tanaman cemara memudahkan terbakar apabila ada nyala api yang merambat ke kawasan tersebut seperti punting rokok atau sisa api unggun yang sempurna dipadamkan karena masih ada bara api.
            Selama bulan September-Oktober diberitakan terjadi tiga kali kebakaran hutan yaitu di Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro di Jawa Tengah pada bulan September serta Gunung Semeru di Jawa Timur pada bulan Oktober. Menurut informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, kebakaran hutan gunung tersebut diduga kuat karena kelalaian manusia.
            Melihat fenomena seperti itu, siapakah pihak yang bertanggungjawab atas terjadinya kebakaran hutan gunung tersebut?
            Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru yang berketinggian 3.676 mdpl (meter di atas permukaan laut). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Seloko yang aktif mengeluarkan wedhus gembel setiap 15-30 menit sekali. Gunung ini terletak di antara wilayah Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis 8º06’LS dan 120º55’BT. Gunung Semeru memiliki pemandangan yang luar biasa indah sehingga menjadi tujuan favorit pendaki lokal maupun mancanegara.
            Karakteristik Gunung Semeru sama halnya dengan keadaan alam gunung-gunung di Jawa timur pada umumnya. Vegetasinya didominasi oleh savanna (padang rumput), hutan cemara, dan heterogen. Pendakian Gunung Semeru biasanya dibuka pada bulan Juni-Oktober atau pada musim kemarau. Bulan November-Mei biasanya ditutup karena pada musim hujan sering terjadi longsor di jalur pendakian, khususnya jalur antara Arcopodo (2.900 mdpl)-Puncak Mahameru, dan badai yang mengancam keselamatan pendaki.
            Pada musim kemarau kondisi vegetasi Gunung Semeru mengalami kekeringan. Sehingga dengan adanya gesekan vegetasi sedikitpun akan mudah terbakar. Hal tersebut didukung pula oleh hembusan angin yang relatif kencang. Apalagi keadaan mudan di Gunung Semeru relatif landai dan luas sehingga hembusan angin lebih kuat dan dapat mempercepat penyebaran api. Oleh karena itu, kebakaran yang melanda Gunung Semeru lebih sering terjadi di wilayah yang landai daripada di wilayah yang terjal yaitu wilayah Watu Rejeng (±2.300 mdpl), Ranu Kumbolo (±2.400 mdpl), savanna Oro-Oro Ombo, dan Cemoro Kandang yang termasuk ke dalam gugusan Gunung Kepolo (3.098 mdpl).
Musim kemarau merupakan saat yang paling baik untuk mendaki Gunung Semeru. Resiko terkena longsoran jalur pendakian dan badai relatif rendah dibandingkan pada musim hujan, meski suhu lebih ekstrim. Suhu pada musim kemarau dapat mencapai 0º pada malam hari dan membentuk kristal-kristal es.
Beraktivitas di tempat yang dingin merangsang manusia untuk menghangatkan diri. Tak terkecuali saat mendaki gunung. Sehingga ada sebuah ungkapan bahwa camping  atau mendaki gunung tanpa api unggun rasanya kurang lengkap. Dengan api unggun dapat menghangatkan suhu di sekitar perkemahan dan memantik keceriaan di alam bebas. Berdiang sambil minum kopi bersama kawan-kawan tentunya merupakan kenikmatan yang tiada tara.
Namun aktivitas menyenangkan tersebut dapat membahayakan lingkungan jika kita lalai. Seperti yang sering saya lihat di lapangan, selalu saja ada api unggun yang tidak dimatikan dengan sempurna. Meskipun hanya asap yang tersisa, dengan didukung oleh angin yang kencang api tersebut akan kembali membesar dan melalap apa saja yang ada di sekitarnya. Apalagi vegetasi gunung tersebut dalam keadaan kekeringan.
Selain api unggun, sebagian besar pendaki gunung adalah perokok. Rokok, meski nyalanya terlihat sepele, hanya bara api pada ujung lintingan temakau berdiameter 0,5 cm dapat menimbulkan masalah besar. Membujang punting rokok memang terlihat remeh. Tapia pa yang akan terjadi jika punting punting rokok yang masih menyala itu dibuang di atas semak-semak kering? Anda tentu akan dapat menerka seperti apa nasib hutan gunung tersebut.
Kebakaran yang terjadi di gunung bukan hal yang mudah ditangani. Kondisi medan yang sulit, jauhnya jarak tempuh menuju lokasi kebakaran dan faktor alam menjadi hambatan dalam penanganan kasus tersebut. Kelestarian dan keselamatan hutan Gunung Semeru bukan hanya tanggungjawab dari pihak TNBTS, Perhutani, BKSDA, pemerintah, dan masyarakat, tetapi juga tanggungjawab para pecinta dan penikmatnya.
Kebakaran hutan yang terjadi secara alamiah memang tidak bisa dicegah. Namun akibat kelalaian manusia dapat dicegah. Membuat api unggun dan merokok di alam bebas tidaklah dilarang. Namun, Anda sebagai pendaki gunung yang notabene sebagai pecinta alam harus tahu satu hal, alam yang Anda nukmati pesonanya itu punya hak yang sama untuk hidup.
Gunung Semeru memanjakan para pendakinya dengan panorama yang luar biasa indah. Alangkah mulianya jika para pendakinya “membalas kebaikannya” dengan turut menjaga kelestariannya. Hubungan simbiosis mutualisme di alam bebas akan menciptakan keselarasan manusia dengan lingkungan sekitarnya, Tentunya Anda tidak ingin disamakan dengan lagu Ritta Rubby Hartland yang berjudul Kepala Alam dan Pecintanya.
Pendaki gunung sahabat alam sejati. Jaketmu penuh lambing, lambing kegagahan. Memproklamirkan dirimu pencinta alam. Sementara maknanya belum kau miliki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar